Inilah Kisah 4 Khalifah Setelah Rasulullah Wafat yang Perlu Kita Ketahui

Khalifah Setelah Rasulullah Wafat – Rasullulah SAW wafat pada 2 Rabiul Awal 11 H tanpa meninggalkan surat wasiat kepada seseorang untuk meneruskan kepemimpinannya.

Sekelompok orang berpendapat bahwa Abu bakar lebih berhak atas kekhalifahan karena Rasulullah meridhainya dalam persoalan agama, salah satunya dengan mengimami sholat berjamaah selama beliau sakit.

Oleh karena itu, mereka menghendaki agar Abu bakar memimpin urusan keduaniaan, yaitu kekhalifahan.

Kelompok yang lain berpendapat bahwa orang yang paling berhak atas kekhalifahan adalah Ahlul bait Rasulullah SAW, yaitu Abdullah bin Abbas atau Ali bin Abu Thalib.

Akan tetapi, dalam sejarah terdapat 4 khalifah yang meneruskan perjuangan Rasulullah SAW. Siapa sajakah itu? Simak ulasannya pada penjelasan di bawah ini.

Baca juga: Amalkanlah 7 Shalawat Nabi ini Agar Mendapat Syafaat dari Rasulullah

Inilah 4 Khalifat Setelah Rasulullah SAW Wafat

Khalifah Setelah Rasulullah Wafat

1. Khalifah Abu Bakar Ash-Shiddiq (13/632-634 M)

Abu Bakar memiliki nama lengkap Abdullah bin Abi Quhafa AtTamimi. Beliau memangku jabatan khalifah selama dua tahun lebih, yang dihabiskannya terutama untuk mengatasi berbagai masalah dalam negeri yang muncul akibat wafatnya Nabi.

Terpilihnya Abu Bakar telah membangun kembali kesadaran dan tekad umat untuk bersatu melanjutkan tugas tugas mulia Nabi.



Beliau menyadari bahwa kekuatan kepemimpinannya bertumpu pada komunitas yang bersatu ini.

Pertama kali menjadi perhatian khalifah adalah merealisasikan keinginan Nabi yang hampir tidak terlaksana, yaitu mengirimkan ekspedisi ke perbatasan Suriah di bawah pimpinan Usamah.

Hal tersebut dilakukan untuk membalas pembunuhan ayahnya yaitu Zaid, dan kerugian umat Islam dalam perang Mutah.

Sebagian sahabat menetang kersa rencana ini, tetapi khalifah merasa tidak peduli. Pada kenyataannya ekpedisi itu sukses dan membawa pengaruh positif bagi umat Islam, khususnya dalam membangkitkan kepercayaan diri mereka.

Hal Menarik dari Abu Bakar

Hal menarik dari Abu Bakar, bahwa pidato inaugurasi yang diucapkan sehari setelah pengangkatannya, menegaskan totalitas kepribadian dan komitmen Abu Bakar terhadap nilai-nilai Islam dan Strategi meraih keberhasilan tertinggi bagi umat sepeninggal Rasulullah.

Beginilah kira-kira kata Abu Bakar dalam pidato inagurasinya:

“Wahai manusia! Aku telah diangkat untuk mengendalikan urusanmu,padahal aku bukanlah orang yang terbaik diantaramu. Maka jikalau aku dapat menunaikan tugasku dengan baik, bantulah (ikutlah) aku, tetapi jika aku nerlaku salah, maka luruskanlah! Orang yang kamu anggap kuat, aku pandang lemah sampai aku dapat mengambil hak dari padanya.

 

Sedangkan orang yang kamu lihat lemah, aku pandang kuat sampai aku dapat mengembalikan haknya kepadanya. Maka hendakklah kamu taat kepadaku selama aku taat kepada Allah dan Rasul-Nya, namun bila mana aku tiada mematuhi Allah dan Rasul-Nya, kamu tidak perlu mematuhiku.”

Kebijakan Abu Bakar selama memimpin, yaitu pengiriman pasukan dibawah Pimpinan Usamah ke Romawi.

Kemudian Perang Riddah dan pengumpulan Al-Quran, perluasan wilayah ke Irak, Syiria, Hirab, memerangi Nabi palsu, kekuasaan bersifat sentralistik, legislatif, eksekutif dan yudikatif juga hukum dipegang langsung oleh khalifah.

Beliau wafat pada hari Senin, 23 Agustus 624 M, setelah kurang lebih selama 15 hari terbaring di tempat tidur.

Beliau berusia 63 selama kekhalifahannya berlangsung 2 tahun 5 bulan 11 hari. Karena sakit dan mewasiatkan agar Umar menggantikan sepeninggalannya.

2. Khalifah Umar Bin Khatthab (13-23 H/634-644 M)

Umat bin Khatthab memiliki nama lengkap Umar Bin Khatthab bin Nufail keturunan Abdul Uzza Al-Quraisy dari suku Adi; salah satu suku yang terpandang mulia.

Umar dilahirkan di Mekah empat tahun sebelum kelahiran Nabi SAW. Umar masuk Islam pada tahun kelima setelah kenabian, dan menjadi salah satu sahabat terdekat Nabi SAW.

Kemudian oleh Rasulullah dijadikan sebagai tempat rujukan oleh Nabi mengenai hal-hal yang penting.

Beliau dapat memecahkan masalah yang rumit tentang siapa yang berhak menggantikan Rasulullah dalam memimpin umat setelah wafatnya Rasulullah SAW.

Dengan memilih Abu Bakar sebagai khalifah Rasulullah sehingga beliau mendapat penghormatan yang tinggi dan dimintai nasihatnya serta menjadi tangan kanan khalifah yang baru itu.

Sebelum meninggal dunia, Abu Bakar telah menunjuk Umar bin Khatthab menjadi penerusnya.

Akan tetapi, pada masa dua tahun bagi khalifah Abu Bakar belumlah cukup menjamin stabilitas keamanan terkendali, maka penunjukkan untuk mencegah kemungkinan terjadinya perselisihan.

Hal Menarik dari Umar Bin Khattab

Umar bin Khatthab menyebut dirinya sebagai Khalifah Khalifati Rasulillah atau pengganti dari pengganti Rasulullahh.

Beliau juga mendapat gelar Amir Al Mukminin (komandan orang-orang beriman) sehubungan dengan penaklukan-penaklukan yang berlangsung pada masa pemerintahannya.

Khalifah Umar juga meletakkan prinsip-prinsip demokratis dalam pemerintahannya dengan membangun jaringan pemerintahan sipil yang sempurna.

Kekuasaan Umar tidak memberikan hak istimewa tertentu. Tiada istana atau pakaian kebesaran, baik untuk Umar sendiri maupun bawahannya sehingga tidak ada perbedaan antara penguasa dan rakyat, dan mereka setiap waktu dapat dihubungi oleh rakyat.

Kehidupan khalifah memang merupakan penjelmaan yang hidup dari prinsip-prinsip egaliter dan demokratis yang harus dimiliki seorang kepala Negara.

Khalifah Umar memerintah selama 10 tahun lebih 6 bulan 4 hari. Kematiannya pun sangat tragis, seorang budak bangsa Persia bernama Fairus atau Abu Luluah secara tiba-tiba menyerang dengan tikaman pisau tajam ke arah khalifah yang akan mendirikan shalat subuh yang telah ditunggu oleh jamaahnya di masjid Nabawi.

Khalifah terluka parah, dari para pembaringannya ia mengangkat Syura (komisi pemilih) yang akan memilih penerus tongkat kekhalifahannya.

Umar bin Khattab wafat 3 hari setelah penikaman atas dirinya, yaitu 1 Muharam 23 H/644 M.

Baca juga: Wajib Tahu! Inilah 10 Sahabat Nabi yang Dijamin Masuk Surga

3. Utsman Bin Affan (23-36 H/644-656 M)

Khalifah yang ketiga adalah Utsman bin Affan. Beliau memiliki nama lengkap Utsman bin Affan bin Abil Ash bin Umayyah dari suku Quraisy.

Beliau memeluk Islam karena ajakan Abu Bakar, dan menjadi salah seorang sahabat dekat Nabi SAW.

Meskipun memiliki kekayaan melimpah tapi Utsman berlaku sederhana, dan sebagian besar kekayaannya digunakan untuk kepentingan Islam.

Beliau mendapat julukan zun nurain, artinya yang memiliki dua cahaya, karena menikahi dua putri Nabi SAW secara berurutan setelah salah satu meninggal.

Seperti halnya Umar, Utsman diangkat menjadi khalifah melalui proses pemilihan.

Bedanya, Umar dipilih atas penunjukan langsung sedangkan Utsman diangkat atas penunjukan tidak langsung, yaitu melewati badan Syura yang dibentuk oleh Umar menjelang wafatnya.

Hal Menarik dari Usman Bin Affan

Utsman merasakan penderitaan yang disebabkan oleh tekanan kaum Quraisy terhadap kaum muslimin Mekah.

Beliau ikut hijrah ke Abenesia beserta istrinya. Utsman menyumbang 950 ekor unta dan 50 bagal serta 1000 dirham dalam ekspedisi untuk melawan Bizantium di perbatasan Palestina.

Beliau membeli mata air orang-orang Romawi yang terkenal dengan harga 20.000 dirham untuk selanjutnya diwakafkan bagi kepentingan umat Islam, dan pernah meriwayatkan hadist kurang lebih 150 hadist

Karya monumental Utsman lain yang dipersembahkan kepada umat Islam ialah penyusunan kitab suci Al-Quran.

Penyusunan Al-Quran tersebut untuk mengakhiri perbedaan-perbedaan serius dalam bacaan Al-Quran.

Disebutkan bahwa selama pengiriman ekspedisi militer ke Armenia dan Azerbaijan, perselisihan tentang bacaan Al-Quran muncul dikalangan tentara muslim, sebagiannya direkrut dari Suriah dan sebagian lagi dari Irak.

Adapun ketua dewan penyusunan Al-Quran, yaitu Zaid bin Tsabit, sedangkan yang mengumpulkan tulisan-tulisan Al-Quran antara lain adalah dari Hafsah, salah seorang istri Nabi SAW.

Kemudian dewan itu membuat beberapa salinan naskah Al-Quran untuk dikirimkan ke berbagai wilayah kegubernuran sebagai pedoman yang benar untuk masa selanjutnya.

Sekelompok orang mengepung rumah khalifah, dan membunuhnya ketika Khalifah Utsman sedang membaca Al-Quran, pada tahun 35 H/17 juni 656 M.

4. Ali Bin Abi Thalib (36-41 H/656-661 H)

Khalifah keempat adalah Ali bin Abi Thalib. Ali adalah keponakan dari menantu Nabi. Ali putra Abi Thalib bin Abdul Muthalib.

Beliau adalah sepupu Nabi SAW yang telah ikut bersamanya sejak bahaya kelaparan mengancam kota Mekah.

Beliau membantu keluarga pamannya yang mempunyai banyak putra. Abbas, paman Nabi yang lain membantu Abu Thalib dengan memelihara Jafar, anak Abu Thalib yang lain. Ia telah masuk Islam pada usia sangat muda.

Ketika nabi menerima wahyu yang pertama, menurut Hasan Ibrahim Hasan Ali berumur 13 tahun, atau 9 tahun menurut Mahmudunnasir.

Beliau menemani nabi dalam perjuangan menegakkan Islam, baik di mekah maupun di Madinah, dan ia diambil menantu oleh Nabi SAW dengan menikahkannya dengan Fathimah, salah seorang putri Rasulullah, dan dari sisi keturunan Nabi SAW berkelanjutan.

Karena kesibukannya merawat dan memakamkan jenazah Rasulullah SAW, ia tidak berkesempatan membaiat Abu Bakar sebagai khalifah, tetapi ia baru membaiatnya setelah Fathimah wafat.

Hal Menarik dari Ali Bin Abi Thalib

Ali adalah seorang yang memiliki banyak kelebihan, selain itu ia adalah pemegang kekuasaan. Pribadinya penuh vitalitas dan energik, perumus kebijakan dengan wawasan yang jauh ke depan.

Beliau adalah pahlawan yang gagah berani, penasihat yang bijaksana, penasihat hukum yang ulung, dan pemegang teguh tradisi, seorang sahabat sejati, dan seorang lawan yang dermawan.

Beliau telah bekerja keras sampai akhir hayatnya dan merupakan orang kedua yang berpengaruh setelah Muhammad.

Ali melakukan tugas pertamanya yaitu menghidupkan cita-cita Abu Bakar dan Umar, menarik kembali semua tanah hibah yang telah dibagikan oleh Utsman kepada kaum kerabatnya ke dalam kepemilikan negara.

Ali juga segera menurunkan semua gubernur yang tidak disenangi rakyat. Utsman bin Hanif diangkat menjadi penguasa Basrah menggantikan Ibnu Amir, dan Qais bin Saad dikirim ke Mesir.

Hal tersebut untuk menggantikan gubernur negeri itu yang dijabat oleh Abdullah. Gubernur Suriah, Muawwiyah, juga diminta meletakkan jabatan, tetapi ia menolak perintah Ali, bahkan ia tidak mengakui kekhalifahannya.

Tepat pada 17 Ramadhan 40 H (661), khalifah Ali terbunuh pembunuhnya adalah Ibnu Muljam, seorang anggota Khawarij yang sangat fanatik. Pada tanggal 10 Ramadhan 40 H (660 M) masa pemerintahan Ali berakhir.

Demikianlah informasi mengenai kisah 4 klalifah setelah Rasulullah wafat yang dapat Anda ketahui.

Semoga informasi ini dapat bermanfaat, boleh share artikel ini agar yang lain juga mendapat kebermanfaatan.

Untuk membaca artikel menarik lainnya, Anda dapat mengunjungi situs blog Evermos. 

Buka Usaha Jadi Reseller (Daftar Gratis)