Bandara di Indonesia yang Sepi Dibangun Era Presiden Jokowi – Sejumlah bandara di Indonesia sepi penumpang. Diantaranya bandara terbaru adalah Bandara Internasional Yogyakarta (YIA).
Bandara yang sepi akibat dampak pandemi membuat operator PT Angkasa Pura I terlilit utang.
Wakil Menteri BUMN Kartika Wirjoatmodjo menyebut Bandara Internasional Yogyakarta (YIA) yang baru menjadi beban perusahaan. “Sebenarnya pihak Angkasa Pura sedang mengalami sebuah tekanan besar saat ini,” katanya.
Artikel terbaru ini akan berbagi tentang deretan Bandara Sepi yang dibangun di era Presiden Jokowi.
Menurut kondisi keuangan mereka saat ini, utangnya mencapai Rp 35 triliun.
Kerugian bulanan adalah Rp 200 miliar. “Setelah wabah mulai melanda, utang mereka bisa mencapai Rp. 38 triliun dan ini sangat besar,” Tiko, panggilan akrab DPR RI.
“Kami masih melakukan sebuah upaya agar lebih efisien dan faktanya, bandara baru itu menjadi sebuah beban yang sangat berat,” katanya.
“Sebagai perbandingan, Bandara Kualanamu bersalju dan sangat tua, seperti Yogyakarta. Yogyakarta (Pembangunan) saat ini sudah Rp 12 triliun, jadi COVID-19 akan segera dilaunching,” imbuhnya.
Deretan Bandara di Indonesia yang Sepi Dibangun Era Presiden Jokowi
Selain pandemi, ada juga beberapa bandara yang memang sepi karena lokasinya yang dianggap kurang strategis. Berikut bandara-bandara yang sepi di Indonesia pada masa pemerintahan Presiden Jokowi.
1. Bandara YIA
Bandara Internasional Yogyakarta (YIA) akan menambah sebuah daftar bandara baru yang sepi penumpang.
YIA telah di resmikan oleh Presiden Joko Widodo pada 28 Agustus 2020 dan dikelola oleh PT Angkasa Pura I Pembangunan bandara baru ini menelan biaya Rp 12 triliun.
Tepatnya, Rp. 11,3 triliun dengan rincian Rp. 4,2 triliun untuk melakukan sebuah pembebasan lahan dan pembangunan fisik sekitar Rp. 7,1 triliun rupiah. Itu masih dalam keadaan wabah COVID-19 ketika pertama kali dibuka.
General Manager PTS YIA, Agus Pandu Purnama mengatakan, Bandara YIA di Kulon Progo sempat merugi selama pandemi COVID-19. Pengelola bandara bahkan mengurangi staf untuk mengurangi kerugian.
“Operasi YIA terhambat oleh wabah COVID-19 yang mengakibatkan kerugian yang cukup besar, dengan perkiraan target 10 juta penumpang per tahun, hanya mencapai 980.000 atau 10% pada 2021,” katanya. Alhasil, pengelola YIA harus memangkas biaya operasional hingga 50% pada 2022.
2. Bandara JB Sudirman Purbalingga
Bandara Jenderal Besar Sudirman Purbalingga, Jawa Tengah dikabarkan sudah tidak melayani penerbangan sejak akhir September 2021.
Padahal usia bandara ini jauh lebih muda dari Bandara Internasional Yogyakarta (YIA) yang baru diresmikan pada Juni 2021 oleh Presiden Joko Widodo. (Jokowi).
Citilink Indonesia pun membenarkan keputusan penghentian sementara operasional tersebut.
Namun berdasarkan catatan detikcom pada Oktober 2021, maskapai Citilink kembali memastikan tetap melayani penerbangan dari dan ke Bandara JB Sudirman.
“Kami sudah komitmen langsung kepada Bupati Purbalingga, bahwa mulai 25 November mendatang kami akan terbang kembali dengan jadwal yang sama yaitu Kamis dan Sabtu,” kata Presiden Direktur PT Citilink Indonesia Juliandra Nurtjahjo.
Mengutip situs Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Purbalingga, Bandara JB Sudirman dibangun di atas lahan seluas 115 hektare oleh PT Hutama Karya (Persero) dengan nilai kontrak Rp 231 miliar.
3. Bandara Kertajati
Bandara Kertajati atau biasa dikenal sebagai Bandara Internasional Jawa Barat (BIJB) di Majalengka telah mati suri selama masa pandemi. Padahal sebelumnya telah di resmikan pada tahun 2018 silam.
Pembangunannya sendiri menghabiskan anggaran sebesar Rp. 2,6 triliun.
Direktur Utama Bandara Internasional Kertajati Salahuddin Rafi mengatakan, kondisi bandara saat ini memang masih sepi karena belum ada sebuah kenaikan permintaan dari penerbangan yang ada di Indonesia.
“Situasi di bandara masih sepi pengunjung, kebangkitan transportasi udara juga tidak normal. Pada dasarnya kami masih beroperasi. Semua maskapai siap dan pesawat siap,” kata Rafi.
Padahal, Bandara Kertajati ingin disulap menjadi bengkel pesawat. Rencana ini tidak main-main, keputusan mengubah bandara menjadi bengkel pesawat harus dibawa ke tingkat rapat terbatas presiden.
Di sisi lain, untuk menjawab tudingan akses yang kurang memadai, pemerintah mempercepat penggunaan akses tol Bandara Kertajati yang dibangun sepanjang 3,3 km.
Rencananya jalan tol ini akan menghubungkan bandara dengan jalan tol Cikopo-Palimanan (Cipali).
Apa yang Harus Dilakukan?
Pernah menjadi hipotesis bahwa teknologi komunikasi berbasis Internet akan membuat banyak jenis pertemuan tatap muka menjadi usang.
Mengapa bepergian ke seluruh negeri untuk bertemu ketika kita hanya bisa berbicara di Skype? Tapi ini belum terjadi. Yang terjadi justru sebaliknya: kaum muda memulai dan memfasilitasi kebutuhan mereka untuk lebih banyak menggunakan transportasi udara.
Peranan Bandara di Indonesia Bagi Pembangunan Negara
Kini, dalam ‘percepatan ekonomi’, bandara menjadi pusat perhatian di banyak kota di Asia dan Timur Tengah.
Apa yang disebut gangguan Nimby atau ‘tidak di halaman belakang saya’ menjadi usang.
Bandara membutuhkan konektivitas yang cepat sebagai hub transportasi udara menjadi penting bagi industri untuk tetap kompetitif di abad ke-21. Jika bandara meninggalkan zona bandaranya.
Maka ia akan tertinggal dari pembangkit tenaga listrik Asia yang muncul sebagai infrastruktur bisnis inti.
Sepanjang sejarah, populasi cenderung berkumpul di tempat-tempat yang menyediakan akses cepat dan mudah ke tempat lain.
Bandara, pelabuhan laut, persimpangan utama di rel kereta api dan jalan raya secara tradisional menjadi lokasi di mana kota-kota terpenting cenderung muncul.
Berada di persimpangan fisik yang dilalui orang, produk, dan ide memiliki peluang untuk melibatkan bisnis, pengetahuan, dan dunia luar.
Media sosial saat ini dengan triliunan interaksi yang terjadi dalam berbagai bentuk, itu memberikan dorongan yang luar biasa untuk perjalanan jarak jauh.
Kecepatan menjadi Keunggulan Bagi Mobilitas Kendaraan Udara
Pentingnya bandara akan segera terlihat dari pergerakan beberapa perusahaan besar yang ada saat ini.
Sebuah studi baru-baru ini telah menunjukkan bagaimana setengah dari perusahaan memiliki kantor dalam jarak sepuluh mil dari bandara.
Jadi bukan hanya pergerakan produk, rantai pasok dan logistik, tapi pergerakan manusia yang meningkat. Pengembangan berorientasi transit abad ke-21 akan terus berlanjut, dan menjadikan bandara sebagai pusat bisnis dan ‘orang-orang potensial’ untuk berkumpul.
Waktu penerbangan bukanlah metrik untuk dilihat saat menghitung berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk terbang dari kota A ke kota B. itu total waktu perjalanan yang penting, apalagi ketika pergi mudik lebaran.
Berapa lama perjalanan dari kantor/rumah/pabrik di kota asal ke kantor/rumah/pabrik di kota tujuan adalah pertanyaannya. Dengan menempatkan bandara satu atau dua jam di luar kawasan pusat bisnis kota.
Menghindari banjir selama dua jam dapat berubah menjadi urusan sehari-hari bagi penumpang, sangat menghambat keuntungan utama penerbangan: kecepatan.
Bandara Internasional Kertajati, Bandara JB Sudirman, Bandara Miangas Sulut, Bandara Gatot Subroto di Lampung, dan Bandara Internasional Yogyakarta (YIA) di Kulon Progo dulunya menjadi tempat yang ingin dihindari masyarakat.
Dan menjadi beban bagi BUMN. Saatnya, sekarang menjadi magnet, tidak hanya bagi individu dan penduduk setempat, tetapi juga bagi pusat bisnis dan infrastruktur bisnis yang sangat penting.
Itulah ulasan tentang deretan Bandara Sepi yang dibangun di era Presiden Jokowi. Semoga bermanfaat bagi Anda.
Jangan lewatkan membaca artikel menarik lainnya, silahkan mengunjungi situs blog Evermos.
Mau coba bisnis modal minim langsung dari HP? Anda bisa bergabung menjadi reseller Evermos sekarang juga!🤑🤑
Sarah Nurjannah adalah SEO Content Writer di Blog Evermos yang berpengalaman selama 3 tahun membagikan konten seputar Doa, Tips Bisnis, Tips & Trik, dan berbagai Konten Informatif lainnya. Tahun 2020, Sarah pernah menulis di Okezone selama 3 bulan sebagai News Writer.