Anda mungkin sudah sering mendengar istilah e-commerce dan marketplace, tetapi belum familiar dengan istilah social commerce. Ketiganya merupakan platform jual beli online dengan fasilitas yang kurang lebih sama, tetapi terdapat beberapa perbedaan social commerce dan e commerce serta marketplace ini.
Nah, oleh karena itu mari pahami lebih lanjut seputar platform jual beli online tersebut, kita kupas secara tuntas perbedaannya serta contoh aplikasinya. Simak selengkapnya di bawah ini!
Apa Itu E Commerce?

Perdagangan elektronik atau e-commerce adalah semua kegiatan jual beli yang dilakukan melalui media elektronik. Sementara sarananya meliputi televisi dan telepon, e-commerce kini semakin banyak dilakukan melalui internet.
Karena pemahaman tentang e-commerce ini, terkadang terjadi kesalahpahaman tentang e-commerce dan marketplace. Istilah e-commerce digunakan untuk menggambarkan semua transaksi yang menggunakan media elektronik.
Apa Itu Marketplace?

Marketplace adalah platform yang bertindak sebagai perantara antara penjual dan pembeli di internet. Jadi, website marketplace berperan sebagai pihak ketiga dalam transaksi online dengan menyediakan tempat berjualan dan opsi pembayaran. Atau bisa disebut dengan department store versi online.
Apa Itu Social Commerce?

Social Commerce adalah kegiatan jual beli yang dilakukan melalui platform berupa aplikasi. Dengan adanya platform ini, Anda dapat berjualan dengan mudah dengan cara menjadi reseller atau dropshipper.
Dalam pemasaran produk pun dilakukan dengan penawaran produk secara langsung maupun melalui media sosial.
Adapun media sosial yang bisa Anda gunakan antara lain: Instagram, Facebook, Whatsapp, Tiktok dan lain-lain.
Perbedaan Social Commerce dan E Commerce Serta Marketplace

Walaupun sama-sama merupakan platform untuk jual beli online yang memiliki fasilitas yang hampir sama. Tetapi ada beberapa perbedaan antara social commerce dan e commerce serta marketplace.
Diperkirakan juga bahwa social commerce akan menaklukkan dunia e-commerce dan marketplace dalam sepuluh tahun mendatang. Ada banyak alasan untuk ini, tetapi salah satu yang utama adalah kebanyakan orang senang membagikan merek favorit mereka di media sosial. Kebanyakan orang yang menggunakan media sosial suka memposting gambar suatu produk yang akan mereka beli.
Agar lebih mengenal perbedaannya, berikut perbedaannya dari berbagai sisi antara lain:
1. Pemilihan Produk
Perbedaan utama dari ketiganya adalah jenis barang yang mereka jual. Marketplace adalah tempat bertemunya penjual dan pembeli. Banyak orang dengan model bisnis yang berbeda seringkali dapat menjual produknya di marketplace. Harga yang ditampilkan biasanya lebih mudah dipahami dan dapat berubah sewaktu-waktu. E-commerce dibagi lagi menjadi beberapa kelompok.
Jika pasar dapat menawarkan produk dari jenis penjual yang berbeda, e-commerce hanya menjual jenis produk yang berbeda. Selera dalam perdagangan sosial adalah campuran dari ketiga hal ini. Karena perdagangan sosial dapat bekerja untuk banyak jenis bisnis. Namun setiap akun bisnis hanya menjual barang atau jasa yang ditawarkannya.
2. Merek
Ada juga perbedaan antara ketiga platform belanja ini dalam hal merek. E-commerce lebih menekankan pada nama merek, setiap barang yang menjual produknya melalui e-commerce dapat melakukan berbagai macam promosi dengan sendirinya.
Dengan cara ini, mereka dapat meningkatkan loyalitas pelanggan dan nilai pelanggan selama masa layanan mereka di masa depan. Kalaupun marketplace hanya menampilkan berbagai merek dan perusahaan di dalamnya. Di sisi lain, tujuan utama branding dengan social commerce adalah menjual produk melalui akun media sosial mereka.
3. Arus Kas (Cash Flow)
Marketplace adalah tempat yang mudah untuk menghasilkan uang. Ini karena sebagian besar waktu, uang yang dihasilkan adalah persentase dari pendapatan masing-masing perusahaan. Semakin berharga suatu transaksi, semakin mudah bagi pasar untuk menggunakan uang yang dihasilkan untuk memperbaiki keadaan.
Social commerce sama dengan e-commerce karena butuh waktu lama untuk menghasilkan uang dan membayar kembali investasi besar yang dilakukan di muka.
4. Kompleksitas
Karena ada begitu banyak penjual dan produk yang berbeda di pasar, dibutuhkan jalur khusus untuk menemukan apa yang Anda cari. Penting juga untuk membuat filter pencarian ini berguna sehingga pengguna dapat mempersempit pencarian konsumen.
5. Pelanggan Setia
Retensi pelanggan adalah ketika pelanggan ingin tetap membeli produk dari merek tertentu. Harga adalah satu hal yang membuat perbedaan. Saat berbelanja online, orang cenderung lebih loyal. Terutama jika untuk mempertahankan pelanggan, misalnya dengan memberikan penawaran khusus kepada anggota, dan lain-lain. Di sisi lain, orang cenderung berbelanja di toko lain di Marketplace, terutama ketika harga lebih rendah atau penawaran di toko lain lebih baik.
Contoh E Commerce

1. Business to Business (B2B)
- Electronic City : menjual perlengkapan elektronik kantor dan rumah tangga
- Ralali : di samping peralatan kantor dan rumah tangga juga menjual peralatan industri, restoran, dan pertanian
- Mbiz : sama seperti Ralali, tetapi juga menyediakan jasa seperti housekeeping dan perbaikan dinding
2. Business to Consumer (B2C)
- Lazada : menyediakan fashion, aksesoris, kosmetik, dan elektronik pribadi
- Blibli : seperti Lazada, namun juga menjual perabotan, perlengkapan anak, peralatan olahraga
- Shopee : sama seperti Blibli
3. Consumer to Consumer (C2C)
- OLX : menjual berbagai produk, mulai dari keperluan pribadi hingga kendaraan dan peralatan rumah tangga
- Tokopedia : seperti Shopee, tetapi pembeli juga dapat menemukan barang bekas di sini
- Kaskus : merupakan forum terbuka, namun tidak jarang user menggunakannya untuk memasarkan barang bekas
4. Consumer to Business (C2B)
- Freelancer : website di mana pekerja freelance menawarkan keahlian pada bisnis yang membutuhkan
- Upwork : sama seperti Freelancer
- iStock : situs untuk bisnis yang membutuhkan foto, video, dan ilustrasi digital untuk penggunaan komersial
5. Business to Public Administration (B2A)
- Qlue : menyediakan perangkat lunak untuk membantu kinerja perusahaan dan lembaga pemerintah, termasuk sistem administrasi kendaraan dan aplikasi analitik
- Accela : membantu pemerintah melakukan administrasi publik dengan konsep software as a service
Contoh Marketplace Terbesar di Indonesia

Persaingan marketplace di Indonesia semakin ketat. Pemain-pemain baru dan lama perlu bersaing untuk merebut konsumen Indonesia. Berikut contohnya:
1. Tokopedia
Tokopedia adalah marketplace yang didirikan oleh William Tanuwijaya pada Februari 2009. Di usia kesepuluhnya Tokopedia berhasil mendapatkan predikat marketplace terbesar di Indonesia dengan jumlah kunjungan per bulan mencapai 137.200.900. Tidak hanya itu, Tokopedia juga termasuk menjadi salah satu startup unicorn Indonesia.
2. Bukalapak
Di posisi kedua ada Bukalapak yang juga menyandang gelar startup unicorn seperti Tokopedia. Bukalapak didirikan oleh Ahmad Zaky pada pada 2010 di Bandung, Jawa Barat. Bukalapak ini berhasil mengumpulkan 115.256.600 pengunjung per bulan pada awal 2019.
3. Shopee
Shopee adalah marketplace asal Singapura yang sejak 2015 mulai mengekspansi pasar Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Setelah empat tahun sejak ekspansi Shopee berhasil menjadi urutan ke-3.
Kunjungan bulanan Shopee mencapai sekitar 74.995.300. Shopee berada di bawah SEA Group ini mampu merebut perhatian konsumen Indonesia dengan kampanye-kampanye kreatifnya yang melibatkan selebritas internasional seperti Blackpink.
4. Lazada
Lazada sepertinya mulai kesulitan menghadapi persaingan dengan kompetitor lainnya. Awal 2018 Lazada memiliki pengunjung terbanyak. Sayangnya pada 2019 Lazada hanya mampu menduduki peringkat keempat dengan jumlah pengunjung sebanyak 52.044.500 per bulan.
5. Blibli
Blibli merupakan hasil buatan PT Global Digital Niaga, anak perusahaan dari Djarum. Selain itu, Blibli berhasil menduduki peringkat kelima dengan jumlah pengunjung sebesar 32.597.200 per bulan.
Contoh Social Commerce
1. EvermosĀ

Evermos merupakan platform social commerce yang menjembatani atau menghubungkan antara brand dengan reseller untuk menjual produk lokal kepada konsumen.
Startup social commerce Indonesia ini didirikan oleh Ghufron Mustaqim dan sejumlah rekannya pada tahun 2018.
Menurut survey yang dilakukan Populix, ada sebanyak 22% masyarakat Indonesia menggunakan platform Evermos sebagai social commerce.
Evermos menempati posisi pertama yang paling banyak digunakan. Lalu untuk urutan ke 2 ada Kitabeli dan ke 3 adalah Dusdusan. Angka tersebut menunjukkan bahwa Evermos saat ini menjadi platform social commerce no. 1 di Indonesia.
Pada awal september 2021, Evermos mendapatkan pendanaan seri B dengan perolehan 427 miliar rupiah yang dilibatkan oleh UOB Venture Management dengan MDI Ventures, Telkomsel Mitra Inovasi, Future Shape, Jungle Ventures dan Shunwei Capital.
2. Kitabeli

KitaBeli didirikan pada Maret 2020 oleh Prateek Chaturvedi, Ivana Tjandra, Subhash Bishnoi dan Gopal Singh Rathore. Platform ini memfasilitasi belanja tim untuk bahan makanan pokok, FMCG, dan produk rumah tangga lainnya. Pengguna aplikasi KitaBeli mengajak kenalannya untuk membentuk grup kemudian membeli produk bersama dengan harga diskon.
3. Dusdusan
Dusdusan adalah pemasok produk rumah tangga eksklusif dengan komunitas reseller terbesar di Indonesia, lengkap dengan dukungan pelatihan dan materi promosi online dan offline. Visi Dusdusan adalah menjadi komunitas reseller produk rumah tangga terbesar di Asia Tenggara.
Startup social commerce ini didirikan pada tahun 2014 oleh Christian Kustedi dan Ellies Kiswoto.
4. RateS

RateS adalah startup social commerce yang berdiri tahun 2018 ini telah meluncurkan aplikasi seluler terbarunya yang disebut RateS. Aplikasi berbasis social commerce ini menawarkan kepada penggunanya kesempatan untuk memulai bisnis online mereka dan menjual berbagai barang tanpa perlu modal awal.
5. CrediMart

CrediMart merupakan startup social commerce berupa layanan grosir online yang menjual berbagai kebutuhan pokok. Mulai dari kopi, sabun, makanan ringan hingga alat tulis dan obat – tersedia dalam bentuk potongan hingga kotak. CrediMart mengantarkan pesanan ke lokasi usaha dalam waktu 1 x 24 jam.
Salah satu fitur Credimart adalah Credistore yang memudahkan penjual toko membawa stok lebih banyak dan nyaman. Startup social commerce ini didirikan pada tahun 2021 oleh Gabriel Fans (CEO), Christian Lie (COO) dan Dekha Anggareska (CTO).
Mengapa Harus Menggunakan Social Commerce?

Berikut ini beberapa alasan mengapa social commerce layak untuk dicoba yang harus Anda ketahui:
1. Pengalaman Berbelanja Lebih Interaktif
Menurut Hootsuite, social commerce dapat membuat pengalaman berbelanja jauh lebih interaktif daripada berbelanja di e-commerce pada umumnya.
Pengalaman berbelanja menjadi lebih menyenangkan karena pemilihan barang lebih mudah, Anda hanya perlu menggunakan media sosial seperti biasa.
Proses pembayarannya juga langsung di aplikasi, jadi lebih simpel dan tidak ribet.
2. Mudah Mendapatkan Umpan Balik dari Pelanggan
Manfaat social commerce selanjutnya adalah memudahkan brand untuk mendapatkan feedback dari pelanggan.
Katalog produk dapat dinilai langsung oleh pelanggan sehingga penjual mengetahui produk tersebut menarik atau tidak.
Selain itu, media sosial juga memudahkan penjual untuk berinteraksi dengan pelanggan, baik melalui komentar maupun pesan langsung.
3. Menarik Milenial dan Gen Z untuk Berbelanja Itu Mudah
Social commerce juga bisa kita gambarkan sebagai pusat perbelanjaan modern, anak muda pun banyak yang menyukainya, khususnya Gen Z.
Berbelanja di media sosial sangat mudah dan nyaman, sehingga anak muda lebih tertarik untuk berbelanja disana daripada langsung ke mall.
Sebetulnya semua kalangan pun bisa merasakan kebermanfaatan dari adanya social commerce ini.
Klik di bawah ini untuk menjadi reseller Evermos sebagai social commerce.
Demikianlah informasi mengenai perbedaan social commerce dan e commerce serta marketplace yang dapat Anda ketahui. Semoga informasi ini bermanfaat!
Risma Novianti adalah SEO Analyst yang memiliki latar pendidikan Public Administration. Memiliki pengalaman kerja di bidang SEO selama 3,5 tahun. Berkemampuan aktif menganalisis data performance suatu website blog Evermos dan menganalisis content article dengan niche bisnis dan islami. Merangkap juga sebagai SEO Content Writer dengan memiliki kemampuan menulis dan mengedit yang baik sesuai dengan kaidah SEO sehingga tulisan mudah ditemukan di hasil pencarian Google.