Pernahkah Anda melihat bunga Edelweis? Bunga yang nampak indah ini banyak orang yang menyukainya.
Bunga dengan nama latin Anaphalis javanica ini banyak tumbuh pada pegunungan Indonesia.
Rupa dari bunga Edelweis ini begitu cantik, sehingga mengundang keinginan banyak pendaki untuk memetiknya dan membawa pulang.
Namun, memetik bunga Edelweis adalah tindakan yang dilarang dalam aktivitas pendakian. Pengelola pendakian gunung bahkan menerapkan sanksi tegas bagi mereka yang nekat melakukannya.
Salah satunya adalah pihak Basecamp Gunung Prau via Igirmranak yang mewajibkan pendaki mengganti 100 kali lipat jika kedapatan merusak tanaman (memetik Edelweis) selama pendakian.
Bahkan pada Gunung Gede Pangrango yang merupakan kawasan konservasi. Pendaki yang kedapatan memetik Edelweis bisa dipenjara paling lama lima tahun dan denda paling banyak Rp 100 juta.
Kenapa Tidak Boleh Memetik Bunga Edelweis?
Melansir dari Kompas.com, ada beberapa alasan kenapa bunga Edelweis dilarang dipetik. Salah satunya adalah karena keberadaannya di kawasan konservasi.
“Secara perundang-undangan, segala sesuatu, baik hewan maupun tumbuhan yang ada di kawasan konservasi itu kan dilindungi undang-undang,” kata Ketua Kelompok Tani Edelweiss Hulun Hyang Teguh Wibowo.
Adapun, larangan memetik bunga Edelweiss itu tercantum dalam Undang-undang Nomor 5 Tahun 1990 pasal 33 ayat 1 dan 2 tentang Konservasi Sumber daya Hayati Ekosistem.
Selain itu ada Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia Nomor P.20/Menlhk/Setjen/Kum.1/6/2018 tentang Jenis Tumbuhan dan Satwa yang Dilindungi.
Dalam peraturan menteri tersebut, menyebutkan bahwa bunga Edelweis adalah bunga yang harus terlindungi.
Orang yang memetiknya juga melanggar UU Nomor 41 Tahun 1999 dengan ancaman penjara paling lama satu tahun dan denda maksimal Rp 50 juta.
Fakta Tentang Bunga Edelweis
1. Ketinggian, Lebar dan Usia yang Pernah Tercatat
Melansir dari Kompas.com, Rabu (16/9/2021), di Gunung Sumbing, Jawa Tengah pernah ditemukan tanaman Edelweis dengan tinggi mencapai 8 meter dan diameter lubang lebih dari 15 centimeter (cm).
Temuan itu berdasarkan dari catatan Amir Hamzah dan M. Toha (The Muntain Flora of Java). Menurut catatan ini, tanaman Edelweis itu kira-kira berusia lebih dari 100 tahun.
2. Akarnya Berkembang Secara Horizontal
Menurut ahli botani berkebangsaan Jerman bernama Von Faber, sistem perakaran Edelweis berkembang secara horizontal.
Akar Edelweis mengandung mikorhiza yang menyukai lapisan tanah dekat permukaan karena cendawan sangat membutuhkan oksigen.
3. Tanaman Familiar di Kalangan Pendaki
Edelweis banyak tumbuh di gunung-gunung Indonesia. Maka dari itu, tanaman ini sudah familiar bagi kalangan pendaki.
Beberapa gunung yang menyajikan hamparan padang Edelweis antara lain Gede Pangrango daerah Alun-alun Suryakencana, Gunung Sumbing menjelang puncak, Gunung Lawu via Candi Cetho daerah Pasar Dieng, dan Gunung Merbabu daerah Sabana 2.
4. Mendapat Julukan Bunga Abadi
Menurut Kompas.com, bunga Edelweis mendapat julukan sebagai bunga abadi lantaran tumbuhan ini memiliki waktu mekar yang lama hingga 10 tahun lamanya.
Hormon etilen yang ada pada bunga Edelweis bisa mencegah kerontokan kelopak bunga dalam waktu yang lama. Oleh karena itu, pesona bunganya dapat terjaga lebih lama.
5. Waktu Mekar Edelweis
Bunga Edelweis umumnya memiliki waktu mekar April-Agustus. Bunga ini mekar saat musim hujan telah berakhir.
Mekarnya karena pancaran matahari yang masih intensif untuk proses perkembangan Edelweis.
6. Ditemukan di Indonesia Lebih Dari 200 Tahun yang Lalu
Ada seorang naturalis berkebangsaan Jerman bernama Georg Carl Reindwardt ketika berada di lereng Gunung Gede, Jawa Barat, ia menemukan bunga Edelweis pertama kali.
Ia menemukan bunga ini pertama kali pada 1819 yang berarti Edelweis sudah ada di Indonesia lebih dari 200 tahun.
7. Dapat Bertahan di Tanah Tandus
Tidak hanya dapat tumbuh di daerah pegunungan, Edelweis juga memiliki cara bertahan hidup yang kuat, bahkan di tanah tandus sekalipun.
Edelweis mampu membentuk mikoriza yang dapat memperluas kawasan yang akar-akarnya menjangkau dan meningkatkan efisiensi dalam mencari zat hara.
8. Edelweis di Dieng Sempat Dijarah Habis-Habisan dan Nyaris Punah
Pada September 2004, penduduk kawasan Dieng, Wonosobo meyakini bunga Edelweis sudah hancur akibat dijarah habis-habisan, sehingga nyaris punah.
Menurut Kompas.com, pada tanggal 18 September 2004, banyak yang menjual bunga Edelweis di kawasan wisata Kawah Sikidang sebagai suvenir.
Menurut masyarakat setempat, penjarah mengambil bunga Edelweis saat mencari kayu di gunung atau ketika menanam pohon cemara di Gunung Prau.
9. Terancam oleh Pendaki Nakal
Meski sudah ada ancaman tegas terhadap mereka yang memetik, tetap saja ada pendaki nekat. Keberadaan mereka tentu saja mengancam tanaman indah yang satu ini.
Tercatat beberapa kasus pemetikan di gunung dalam periode waktu 2017-2020. Misalnya pada 2017, ada lima pendaki mencabutnya di Gunung Rinjani.
Kemudian pada Juni 2018 terjadi pula peristiwa serupa di Gunung Ciremai, Jawa Barat. Ada sekelompok pendaki membawa turun bunga tersebut.
10. Terdapat Tempat Budi Daya Edelweis
Bagi wisatawan yang ingin membawa pulang sebagai suvenir, ternyata bisa, lho!
Akan tetapi, bukan di alam liar, melainkan di Desa Wisata Edelweis, Desa Wonokitri, Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur.
Sekelompok petani membudidayakan bunga tersebut kemudian menjualnya kepada wisatawan sebagai oleh-oleh.
Demikianlah artikel mengenai alasan mengapa bunga Edelweis tidak boleh dipetik berikut dengan fakta-faktanya yang dapat Anda ketahui.
Boleh share artikel ini kepada yang lain agar bisa mengetahuinya juga fakta-fakta tentang bunga yang indah ini.
Sayangilah makhluk hidup yang ada di lingkungan sekitar Anda, termasuk tumbuhan karena mereka pun membawa dampak baik pada kita. Apalagi jika tumbuhan atau bunga tidak indah tentu dapat membawa manfaat.
Untuk membaca artikel menarik lainnya, jangan lupa untuk mengunjungi situs Blog Evermos.
Risma Novianti adalah SEO Analyst yang memiliki latar pendidikan Public Administration. Memiliki pengalaman kerja di bidang SEO selama 3,5 tahun. Berkemampuan aktif menganalisis data performance suatu website blog Evermos dan menganalisis content article dengan niche bisnis dan islami. Merangkap juga sebagai SEO Content Writer dengan memiliki kemampuan menulis dan mengedit yang baik sesuai dengan kaidah SEO sehingga tulisan mudah ditemukan di hasil pencarian Google.